Kawasan hutan TN Kutai merupakan rumah bagi berbagai jenis satwa mulai dari yang hidup melata sampai bergelantungan di pohon-pohon tinggi. Satwa-satwa itu ditemukan di berbagai tipe hutan mulai dari hutan bakau sampai hutan ulin-meranti-kapur. Keberadaan mereka di habitatnya memiliki peran ekologis yang unik dan saling melengkapi.
Orangutan
Orangutan (Pongo pygmaeus) merupakan salah satu jenis primata yang ada di TN Kutai. Nama “orangutan” sendiri berasal dari bahasa Melayu yaitu “orang hutan”. Di daerah Sumatra dan Kalimantan, sebagian orang mengenalnya dengan nama ‘mawas'. Di Habitatnya, orangutan memakan buah-buahan, daun, kulit batang, serangga dan madu. Orangutan berperan dalam penyebaran biji-bijian dalam ekosistem hutan yang kompleks . Aktivitas manusia dan kebakaran hutan telah menyebabkan terganggunya habitat orangutan sehingga populasinya mengalami penurunan dari tahun ke tahun. IUCN memasukkan orangutan dalam status endangered atau genting (terancam punah dan tidak dapat bertahan tanpa perlindungan yang ketat untuk menyelamatkan kelanjutan hidupnya). Di TN Kutai, orangutan dapat dijumpai di Sangkima dan Prevab. Berdasarkan survei tahun 2005, kepadatan orangutan berkisar antara 0,66 - 1,267 individu/ km.
Beruk /Macaca nemestrina
Primata yang mempunyai panjang ekor 1/3 dari panjang badannya ini termasuk ke dalam kelompok binatang yang aktif di siang hari atau disebut dengan satwa “diurnal”. Primata ini memiliki beberapa nama daerah seperti: beruk atau bangkuy dan kera ekor babi. Satwa ini biasanya hidup berkelompok hingga mencapai 15 -40 ekor per kelompok. Makanan primata ini meliputi buah-buahan yang masak juga hewan vertebrata dan invertabrata kecil.
Di TN Kutai, beruk dapat dijumpai hampir di seluruh kawasan. Bahkan di kawasan wisata Sangkima dan Prevab, beruk sering terlihat oleh pengunjung. Jenis primata yang sering turun ke tanah ini termasuk ke dalam salah satu satwa yang dilindungi oleh Pemerintah Indonesia.
Bekantan/ nasalis larvatus
Bekantan merupakan jenis primata dari famili Cercopithecidae. Bekantan jantan memiliki ciri khas berupa hidung yang panjang, sehingga satwa ini sering juga disebut kera belanda. Satwa yang termasuk dalam kategori Convention on International Trade in Endangered Species (CITES)-Appendix I ini hidup secara berkelompok antara 10 - 15 ekor. Kelompok ini dipimpin oleh seekor pejantan yang ditandai dengan hidungnya yang paling besar. Pejantan ini akan selalu menjaga anggota kelompoknya. Ketika bahaya datang, pemimpin kelompok ini akan berteriak nyaring dan dalam sekejap seluruh anggota kelompoknya akan lari meninggalkan lokasi dan naik ke pohon yang tinggi.
Bekantan hidup di hutan mangrove atau di sepanjang sungai. Makanan bekantan adalah pucuk-pucuk daun, terutama daun Rhizophora sp dan Sonneratia sp. Selain itu, mereka juga memakan kumbang dan ulat. Di TN Kutai, satwa ini dapat ditemui di Teluk Kaba, Sungai Sangkima dan Teluk Lombok. Namun karena adanya aktivitas manusia di sekitar hutan mangrove, satwa ini semakin sulit untuk dijumpai.
Rusa sambar/ Cervus unicolor
Satwa ini di Kalimantan lebih dikenal dengan sebutan “payau”. Selain di Kalimantan, Rusa sambar dapat pula dijumpai di Sumatera dan Sulawesi. Binatang ini sangat memerlukan tempat hidup yang banyak sumber air. Oleh sebab itu, biasanya mereka hidup di padang rumput tepi sungai atau rawa-rawa di hutan. Binatang bertanduk indah ini memiliki ukuran tubuh yang dapat mencapai tinggi 160 cm dengan berat badan mencapai 300 kg. Karena keindahan tanduk dan juga dagingnya yang merupakan sumber lemak bagi masyarakat pedalaman, binatang ini banyak diburu. Akibat dari kegiatan yang bertentangan dengan hukum ini, populasi satwa rusa sambar di habitat alaminya semakin menurun. Ini bisa dilihat dari hasil inventarisasi tahun 1985 yang menunjukkan bahwa rusa sambar bisa dijumpai di hampir seluruh kawasan TN Kutai. Namun, saat ini kondisinya sudah sangat jauh berbeda. Rusa sambar sangat sulit dijumpai.
Kancil (Tragulus javanicus)
Kancil (Tragulus javanicus) merupakan jenis mamalia dari famili Tragulidae. Kancil memiliki tubuh yang kecil dan hidup di hutan atau semak-semak di tepi sungai. Makanan kancil terdiri dari buah-buahan dan dedaunan. Seperti mamalia lain, satwa kecil ini juga memiliki taring. Taring kancil biasa digunakan sebagai senjata ketika menghadapi musuh atau menghadapi lawan ketika memperebutkan kancil betina.
Satwa yang dilindungi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 301/Kpts-II/1991 ini agak sulit ditemui. Di TN Kutai, keberadaan satwa ini lebih sering diketahui dari jejak kaki yang ditinggalkannya. Daerah Teluk Kaba merupakan salah satu lokasi dimana jejak kancil sering dijumpai.
Bajing Kerdil Telinga Hitam/Nannosciurus melanotis
Hutan di TN Kutai juga merupakan rumah bagi berbagai jenis bajing termasuk bajing kerdil telinga hitam. Mamalia kecil ini biasa hidup di pohon dan aktif pada siang hari. Salah satu lokasi yang cocok untuk melihat aktivitas bajing kerdil ini adalah di kawasan wisata Sangkima. Bajing ini biasanya sering terlihat di pohon-pohon sekitar pos penjagaan wisata. Sampai saat ini, informasi tentang keberadaan bajing kerdil ini masih terbatas. Belum ada survei dan kajian ekologi tentang bajing yang hanya mempunyai panjang tubuh berkisar 6 - 7 cm.
Burung
TN Kutai memiliki kekayaan jenis burung yang cukup tinggi. Tercatat sekitar 330 jenis burung yang tergabung dalam 49 famili menghuni kawasan hutan di TN Kutai. Sebanyak 35 jenis burung di antaranya merupakan burung-burung yang terdapat dalam daftar CITES. Penelitian mengenai burung di TN Kutai masih sangat kurang. Salah satu jenis burung yang menjadi daya tarik kawasan ini dan masih dapat dijumpai adalah burung enggang (Buceros spp dan Anthracoceros spp).
Burung enggang memiliki ukuran tubuh cukup besar, yaitu sekitar 100 cm. Ada sekitar 8 jenis burung enggang di TN Kutai dengan warna tubuh perpaduan antara hitam dan putih, sedangkan warna paruhnya merupakan perpaduan warna kuning, jingga dan merah. Ciri khas dari burung ini adalah adanya cula paruh (casque) yang tumbuh di atas paruhnya. Burung yang makanannya buah ara ini mempunyai tingkah laku bersarang yang khusus.
Di TN Kutai, burung enggang sering terlihat melintas sendirian atau berpasangan di kawasan wisata Sangkima atau Prevab. Kepakan sayapnya yang cukup keras menjadikan kehadiran burung ini dapat diketahui, sekali pun dari dasar hutan. Namun dengan adanya penebangan hutan yang tidak terkendali akan menyebabkan burung ini semakin sulit ditemui.
Reptil/amfibi
Potensi satwa amfibi dan reptil di TN Kutai sampai saat ini masih belum banyak dieksplorasi. Informasi yang ada baru berdasarkan perjumpaan. Salah satu jenis reptil yang pernah dijumpai adalah kura-kura kaki gajah (Manouria emys). Kura-kura air tawar ini pertama kali dilaporkan pada bulan Juni 2007 di sekitar kawasan wisata Sangkima. Penampakan kura-kura ini menyerupai kura-kura Galapagos. Buah-buahan dan mungkin juga binatang lunak yang bergerak lambat merupakan makanan dari kura-kura air tawar ini. Selain kura-kura kaki gajah, jenis-jenis amfibi dan reptil seperti katak, ular Phyton spp, tokek (Agamidae) pernah dilaporkan berada di wilayah hutan TN Kutai.
Serangga
Satwa yang termasuk dalam filum Arthropoda atau lebih dikenal dengan sebutan serangga merupakan salah satu kekayaan fauna yang terdapat di TN Kutai. Beberapa kelas di dalam filum Arthropoda di antaranya adalah kelas Arachnida (laba-laba), kelas Diplopoda (kaki seribu), kelas Chilopoda (kelabang) dan kelas Hexapoda (insekta). Selama ini belum pernah ada penelitian mengenai serangga di TN Kutai. Namun, beberapa jenis serangga dapat dengan mudah dijumpai di kawasan ini, seperti laba-laba, beberapa jenis kaki seribu, dan berbagai macam insekta terbang, seperti capung dan capung jarum (ordo Odonata), belalang, serangga tongkat dan serangga daun (ordo Orthoptera), kepik (ordo Hemiptera), kumbang (ordo Coleoptera), kupu-kupu dan ngengat (ordo Lepidoptera), nyamuk (ordo Diptera) dan tawon serta semut (ordo Hymenoptera).
Orangutan
Orangutan (Pongo pygmaeus) merupakan salah satu jenis primata yang ada di TN Kutai. Nama “orangutan” sendiri berasal dari bahasa Melayu yaitu “orang hutan”. Di daerah Sumatra dan Kalimantan, sebagian orang mengenalnya dengan nama ‘mawas'. Di Habitatnya, orangutan memakan buah-buahan, daun, kulit batang, serangga dan madu. Orangutan berperan dalam penyebaran biji-bijian dalam ekosistem hutan yang kompleks . Aktivitas manusia dan kebakaran hutan telah menyebabkan terganggunya habitat orangutan sehingga populasinya mengalami penurunan dari tahun ke tahun. IUCN memasukkan orangutan dalam status endangered atau genting (terancam punah dan tidak dapat bertahan tanpa perlindungan yang ketat untuk menyelamatkan kelanjutan hidupnya). Di TN Kutai, orangutan dapat dijumpai di Sangkima dan Prevab. Berdasarkan survei tahun 2005, kepadatan orangutan berkisar antara 0,66 - 1,267 individu/ km.
Beruk /Macaca nemestrina
Primata yang mempunyai panjang ekor 1/3 dari panjang badannya ini termasuk ke dalam kelompok binatang yang aktif di siang hari atau disebut dengan satwa “diurnal”. Primata ini memiliki beberapa nama daerah seperti: beruk atau bangkuy dan kera ekor babi. Satwa ini biasanya hidup berkelompok hingga mencapai 15 -40 ekor per kelompok. Makanan primata ini meliputi buah-buahan yang masak juga hewan vertebrata dan invertabrata kecil.
Di TN Kutai, beruk dapat dijumpai hampir di seluruh kawasan. Bahkan di kawasan wisata Sangkima dan Prevab, beruk sering terlihat oleh pengunjung. Jenis primata yang sering turun ke tanah ini termasuk ke dalam salah satu satwa yang dilindungi oleh Pemerintah Indonesia.
Bekantan/ nasalis larvatus
Bekantan merupakan jenis primata dari famili Cercopithecidae. Bekantan jantan memiliki ciri khas berupa hidung yang panjang, sehingga satwa ini sering juga disebut kera belanda. Satwa yang termasuk dalam kategori Convention on International Trade in Endangered Species (CITES)-Appendix I ini hidup secara berkelompok antara 10 - 15 ekor. Kelompok ini dipimpin oleh seekor pejantan yang ditandai dengan hidungnya yang paling besar. Pejantan ini akan selalu menjaga anggota kelompoknya. Ketika bahaya datang, pemimpin kelompok ini akan berteriak nyaring dan dalam sekejap seluruh anggota kelompoknya akan lari meninggalkan lokasi dan naik ke pohon yang tinggi.
Bekantan hidup di hutan mangrove atau di sepanjang sungai. Makanan bekantan adalah pucuk-pucuk daun, terutama daun Rhizophora sp dan Sonneratia sp. Selain itu, mereka juga memakan kumbang dan ulat. Di TN Kutai, satwa ini dapat ditemui di Teluk Kaba, Sungai Sangkima dan Teluk Lombok. Namun karena adanya aktivitas manusia di sekitar hutan mangrove, satwa ini semakin sulit untuk dijumpai.
Rusa sambar/ Cervus unicolor
Satwa ini di Kalimantan lebih dikenal dengan sebutan “payau”. Selain di Kalimantan, Rusa sambar dapat pula dijumpai di Sumatera dan Sulawesi. Binatang ini sangat memerlukan tempat hidup yang banyak sumber air. Oleh sebab itu, biasanya mereka hidup di padang rumput tepi sungai atau rawa-rawa di hutan. Binatang bertanduk indah ini memiliki ukuran tubuh yang dapat mencapai tinggi 160 cm dengan berat badan mencapai 300 kg. Karena keindahan tanduk dan juga dagingnya yang merupakan sumber lemak bagi masyarakat pedalaman, binatang ini banyak diburu. Akibat dari kegiatan yang bertentangan dengan hukum ini, populasi satwa rusa sambar di habitat alaminya semakin menurun. Ini bisa dilihat dari hasil inventarisasi tahun 1985 yang menunjukkan bahwa rusa sambar bisa dijumpai di hampir seluruh kawasan TN Kutai. Namun, saat ini kondisinya sudah sangat jauh berbeda. Rusa sambar sangat sulit dijumpai.
Kancil (Tragulus javanicus)
Kancil (Tragulus javanicus) merupakan jenis mamalia dari famili Tragulidae. Kancil memiliki tubuh yang kecil dan hidup di hutan atau semak-semak di tepi sungai. Makanan kancil terdiri dari buah-buahan dan dedaunan. Seperti mamalia lain, satwa kecil ini juga memiliki taring. Taring kancil biasa digunakan sebagai senjata ketika menghadapi musuh atau menghadapi lawan ketika memperebutkan kancil betina.
Satwa yang dilindungi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 301/Kpts-II/1991 ini agak sulit ditemui. Di TN Kutai, keberadaan satwa ini lebih sering diketahui dari jejak kaki yang ditinggalkannya. Daerah Teluk Kaba merupakan salah satu lokasi dimana jejak kancil sering dijumpai.
Bajing Kerdil Telinga Hitam/Nannosciurus melanotis
Hutan di TN Kutai juga merupakan rumah bagi berbagai jenis bajing termasuk bajing kerdil telinga hitam. Mamalia kecil ini biasa hidup di pohon dan aktif pada siang hari. Salah satu lokasi yang cocok untuk melihat aktivitas bajing kerdil ini adalah di kawasan wisata Sangkima. Bajing ini biasanya sering terlihat di pohon-pohon sekitar pos penjagaan wisata. Sampai saat ini, informasi tentang keberadaan bajing kerdil ini masih terbatas. Belum ada survei dan kajian ekologi tentang bajing yang hanya mempunyai panjang tubuh berkisar 6 - 7 cm.
Burung
TN Kutai memiliki kekayaan jenis burung yang cukup tinggi. Tercatat sekitar 330 jenis burung yang tergabung dalam 49 famili menghuni kawasan hutan di TN Kutai. Sebanyak 35 jenis burung di antaranya merupakan burung-burung yang terdapat dalam daftar CITES. Penelitian mengenai burung di TN Kutai masih sangat kurang. Salah satu jenis burung yang menjadi daya tarik kawasan ini dan masih dapat dijumpai adalah burung enggang (Buceros spp dan Anthracoceros spp).
Burung enggang memiliki ukuran tubuh cukup besar, yaitu sekitar 100 cm. Ada sekitar 8 jenis burung enggang di TN Kutai dengan warna tubuh perpaduan antara hitam dan putih, sedangkan warna paruhnya merupakan perpaduan warna kuning, jingga dan merah. Ciri khas dari burung ini adalah adanya cula paruh (casque) yang tumbuh di atas paruhnya. Burung yang makanannya buah ara ini mempunyai tingkah laku bersarang yang khusus.
Di TN Kutai, burung enggang sering terlihat melintas sendirian atau berpasangan di kawasan wisata Sangkima atau Prevab. Kepakan sayapnya yang cukup keras menjadikan kehadiran burung ini dapat diketahui, sekali pun dari dasar hutan. Namun dengan adanya penebangan hutan yang tidak terkendali akan menyebabkan burung ini semakin sulit ditemui.
Reptil/amfibi
Potensi satwa amfibi dan reptil di TN Kutai sampai saat ini masih belum banyak dieksplorasi. Informasi yang ada baru berdasarkan perjumpaan. Salah satu jenis reptil yang pernah dijumpai adalah kura-kura kaki gajah (Manouria emys). Kura-kura air tawar ini pertama kali dilaporkan pada bulan Juni 2007 di sekitar kawasan wisata Sangkima. Penampakan kura-kura ini menyerupai kura-kura Galapagos. Buah-buahan dan mungkin juga binatang lunak yang bergerak lambat merupakan makanan dari kura-kura air tawar ini. Selain kura-kura kaki gajah, jenis-jenis amfibi dan reptil seperti katak, ular Phyton spp, tokek (Agamidae) pernah dilaporkan berada di wilayah hutan TN Kutai.
Serangga
Satwa yang termasuk dalam filum Arthropoda atau lebih dikenal dengan sebutan serangga merupakan salah satu kekayaan fauna yang terdapat di TN Kutai. Beberapa kelas di dalam filum Arthropoda di antaranya adalah kelas Arachnida (laba-laba), kelas Diplopoda (kaki seribu), kelas Chilopoda (kelabang) dan kelas Hexapoda (insekta). Selama ini belum pernah ada penelitian mengenai serangga di TN Kutai. Namun, beberapa jenis serangga dapat dengan mudah dijumpai di kawasan ini, seperti laba-laba, beberapa jenis kaki seribu, dan berbagai macam insekta terbang, seperti capung dan capung jarum (ordo Odonata), belalang, serangga tongkat dan serangga daun (ordo Orthoptera), kepik (ordo Hemiptera), kumbang (ordo Coleoptera), kupu-kupu dan ngengat (ordo Lepidoptera), nyamuk (ordo Diptera) dan tawon serta semut (ordo Hymenoptera).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar