Kamis, 14 Februari 2008

Pesona Hutan Hujan Tropis Dataran Rendah di Kalimantan Timur


Kawasan hutan TN Kutai merupakan salah satu contoh perwakilan hutan hujan dataran rendah di Kalimantan Timur. Berbagai macam tipe vegetasi tersebar di kawasan konservasi seluas 198.629 hektar. Hutan ulin-meranti-kapur, dipterokarpa campuran, bakau dan kerangas adalah beberapa tipe vegetasi yang ada di TN Kutai.

TN Kutai memiliki kekayaan jenis flora, fauna dan organisme lain yang tinggi. Kira-kira terdapat 900 jenis tumbuhan di TN Kutai yang telah teridentifikasi, dan masih banyak lagi jenis tumbuhan yang belum diketahui. Kelompok tumbuhan rumput-rumputan, sirih-sirihan, palem, paku dan lumut termasuk tumbuhan yang belum dieksplorasi. Serupa dengan tumbuhan, TN Kutai juga menyimpan potensi satwa yang luar biasa. Di kawasan konservasi ini terdapat satwa yang dilindungi seperti orangutan dan bekantan. Jenis satwa lain seperti burung enggang, kura-kura khaki gajah dan bajing kerdil telinga hitam juga mendiami kawasan hutan.

Keanekaragaman jenis flora, fauna dan organisme lainnya di TN Kutai dalam dua dekade terakhir menghadapi tekanan yang hebat baik kuantitas maupun kualitasnya. Perambahan, penebangan dan perburuan liar adalah beberapa aktivitas yang mengancam keberadaan dan kelestarian tumbuhan dan satwa yang ada di TN Kutai. Jika kegiatan yang melanggar hukum tersebut terus dilakukan, bukan tidak mungkin hutan TN Kutai akan hilang berikut tumbuhan dan satwa yang yang ada. Menyadari hal tersebut di atas, sudah sepatutnya kita peduli terhadap kelestarian hutan TN Kutai yang telah banyak memberikan kontribusi bagi masyarakat, seperti menyediakan udara dan air bersih, mengatur iklim baik lokal maupun regional, mencegah dan mengurangi dampak bencana alam seperti banjir dan tanah longsor.

Rabu, 13 Februari 2008

POTENSI FAUNA


Kawasan hutan TN Kutai merupakan rumah bagi berbagai jenis satwa mulai dari yang hidup melata sampai bergelantungan di pohon-pohon tinggi. Satwa-satwa itu ditemukan di berbagai tipe hutan mulai dari hutan bakau sampai hutan ulin-meranti-kapur. Keberadaan mereka di habitatnya memiliki peran ekologis yang unik dan saling melengkapi.
Orangutan
Orangutan (Pongo pygmaeus) merupakan salah satu jenis primata yang ada di TN Kutai. Nama “orangutan” sendiri berasal dari bahasa Melayu yaitu “orang hutan”. Di daerah Sumatra dan Kalimantan, sebagian orang mengenalnya dengan nama ‘mawas'. Di Habitatnya, orangutan memakan buah-buahan, daun, kulit batang, serangga dan madu. Orangutan berperan dalam penyebaran biji-bijian dalam ekosistem hutan yang kompleks . Aktivitas manusia dan kebakaran hutan telah menyebabkan terganggunya habitat orangutan sehingga populasinya mengalami penurunan dari tahun ke tahun. IUCN memasukkan orangutan dalam status endangered atau genting (terancam punah dan tidak dapat bertahan tanpa perlindungan yang ketat untuk menyelamatkan kelanjutan hidupnya). Di TN Kutai, orangutan dapat dijumpai di Sangkima dan Prevab. Berdasarkan survei tahun 2005, kepadatan orangutan berkisar antara 0,66 - 1,267 individu/ km.
Beruk /Macaca nemestrina
Primata yang mempunyai panjang ekor 1/3 dari panjang badannya ini termasuk ke dalam kelompok binatang yang aktif di siang hari atau disebut dengan satwa “diurnal”. Primata ini memiliki beberapa nama daerah seperti: beruk atau bangkuy dan kera ekor babi. Satwa ini biasanya hidup berkelompok hingga mencapai 15 -40 ekor per kelompok. Makanan primata ini meliputi buah-buahan yang masak juga hewan vertebrata dan invertabrata kecil.
Di TN Kutai, beruk dapat dijumpai hampir di seluruh kawasan. Bahkan di kawasan wisata Sangkima dan Prevab, beruk sering terlihat oleh pengunjung. Jenis primata yang sering turun ke tanah ini termasuk ke dalam salah satu satwa yang dilindungi oleh Pemerintah Indonesia.
Bekantan/ nasalis larvatus
Bekantan merupakan jenis primata dari famili Cercopithecidae. Bekantan jantan memiliki ciri khas berupa hidung yang panjang, sehingga satwa ini sering juga disebut kera belanda. Satwa yang termasuk dalam kategori Convention on International Trade in Endangered Species (CITES)-Appendix I ini hidup secara berkelompok antara 10 - 15 ekor. Kelompok ini dipimpin oleh seekor pejantan yang ditandai dengan hidungnya yang paling besar. Pejantan ini akan selalu menjaga anggota kelompoknya. Ketika bahaya datang, pemimpin kelompok ini akan berteriak nyaring dan dalam sekejap seluruh anggota kelompoknya akan lari meninggalkan lokasi dan naik ke pohon yang tinggi.
Bekantan hidup di hutan mangrove atau di sepanjang sungai. Makanan bekantan adalah pucuk-pucuk daun, terutama daun Rhizophora sp dan Sonneratia sp. Selain itu, mereka juga memakan kumbang dan ulat. Di TN Kutai, satwa ini dapat ditemui di Teluk Kaba, Sungai Sangkima dan Teluk Lombok. Namun karena adanya aktivitas manusia di sekitar hutan mangrove, satwa ini semakin sulit untuk dijumpai.
Rusa sambar/ Cervus unicolor
Satwa ini di Kalimantan lebih dikenal dengan sebutan “payau”. Selain di Kalimantan, Rusa sambar dapat pula dijumpai di Sumatera dan Sulawesi. Binatang ini sangat memerlukan tempat hidup yang banyak sumber air. Oleh sebab itu, biasanya mereka hidup di padang rumput tepi sungai atau rawa-rawa di hutan. Binatang bertanduk indah ini memiliki ukuran tubuh yang dapat mencapai tinggi 160 cm dengan berat badan mencapai 300 kg. Karena keindahan tanduk dan juga dagingnya yang merupakan sumber lemak bagi masyarakat pedalaman, binatang ini banyak diburu. Akibat dari kegiatan yang bertentangan dengan hukum ini, populasi satwa rusa sambar di habitat alaminya semakin menurun. Ini bisa dilihat dari hasil inventarisasi tahun 1985 yang menunjukkan bahwa rusa sambar bisa dijumpai di hampir seluruh kawasan TN Kutai. Namun, saat ini kondisinya sudah sangat jauh berbeda. Rusa sambar sangat sulit dijumpai.

Kancil (Tragulus javanicus)
Kancil (Tragulus javanicus) merupakan jenis mamalia dari famili Tragulidae. Kancil memiliki tubuh yang kecil dan hidup di hutan atau semak-semak di tepi sungai. Makanan kancil terdiri dari buah-buahan dan dedaunan. Seperti mamalia lain, satwa kecil ini juga memiliki taring. Taring kancil biasa digunakan sebagai senjata ketika menghadapi musuh atau menghadapi lawan ketika memperebutkan kancil betina.
Satwa yang dilindungi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 301/Kpts-II/1991 ini agak sulit ditemui. Di TN Kutai, keberadaan satwa ini lebih sering diketahui dari jejak kaki yang ditinggalkannya. Daerah Teluk Kaba merupakan salah satu lokasi dimana jejak kancil sering dijumpai.

Bajing Kerdil Telinga Hitam/Nannosciurus melanotis
Hutan di TN Kutai juga merupakan rumah bagi berbagai jenis bajing termasuk bajing kerdil telinga hitam. Mamalia kecil ini biasa hidup di pohon dan aktif pada siang hari. Salah satu lokasi yang cocok untuk melihat aktivitas bajing kerdil ini adalah di kawasan wisata Sangkima. Bajing ini biasanya sering terlihat di pohon-pohon sekitar pos penjagaan wisata. Sampai saat ini, informasi tentang keberadaan bajing kerdil ini masih terbatas. Belum ada survei dan kajian ekologi tentang bajing yang hanya mempunyai panjang tubuh berkisar 6 - 7 cm.
Burung
TN Kutai memiliki kekayaan jenis burung yang cukup tinggi. Tercatat sekitar 330 jenis burung yang tergabung dalam 49 famili menghuni kawasan hutan di TN Kutai. Sebanyak 35 jenis burung di antaranya merupakan burung-burung yang terdapat dalam daftar CITES. Penelitian mengenai burung di TN Kutai masih sangat kurang. Salah satu jenis burung yang menjadi daya tarik kawasan ini dan masih dapat dijumpai adalah burung enggang (Buceros spp dan Anthracoceros spp).
Burung enggang memiliki ukuran tubuh cukup besar, yaitu sekitar 100 cm. Ada sekitar 8 jenis burung enggang di TN Kutai dengan warna tubuh perpaduan antara hitam dan putih, sedangkan warna paruhnya merupakan perpaduan warna kuning, jingga dan merah. Ciri khas dari burung ini adalah adanya cula paruh (casque) yang tumbuh di atas paruhnya. Burung yang makanannya buah ara ini mempunyai tingkah laku bersarang yang khusus.
Di TN Kutai, burung enggang sering terlihat melintas sendirian atau berpasangan di kawasan wisata Sangkima atau Prevab. Kepakan sayapnya yang cukup keras menjadikan kehadiran burung ini dapat diketahui, sekali pun dari dasar hutan. Namun dengan adanya penebangan hutan yang tidak terkendali akan menyebabkan burung ini semakin sulit ditemui.

Reptil/amfibi
Potensi satwa amfibi dan reptil di TN Kutai sampai saat ini masih belum banyak dieksplorasi. Informasi yang ada baru berdasarkan perjumpaan. Salah satu jenis reptil yang pernah dijumpai adalah kura-kura kaki gajah (Manouria emys). Kura-kura air tawar ini pertama kali dilaporkan pada bulan Juni 2007 di sekitar kawasan wisata Sangkima. Penampakan kura-kura ini menyerupai kura-kura Galapagos. Buah-buahan dan mungkin juga binatang lunak yang bergerak lambat merupakan makanan dari kura-kura air tawar ini. Selain kura-kura kaki gajah, jenis-jenis amfibi dan reptil seperti katak, ular Phyton spp, tokek (Agamidae) pernah dilaporkan berada di wilayah hutan TN Kutai.
Serangga
Satwa yang termasuk dalam filum Arthropoda atau lebih dikenal dengan sebutan serangga merupakan salah satu kekayaan fauna yang terdapat di TN Kutai. Beberapa kelas di dalam filum Arthropoda di antaranya adalah kelas Arachnida (laba-laba), kelas Diplopoda (kaki seribu), kelas Chilopoda (kelabang) dan kelas Hexapoda (insekta). Selama ini belum pernah ada penelitian mengenai serangga di TN Kutai. Namun, beberapa jenis serangga dapat dengan mudah dijumpai di kawasan ini, seperti laba-laba, beberapa jenis kaki seribu, dan berbagai macam insekta terbang, seperti capung dan capung jarum (ordo Odonata), belalang, serangga tongkat dan serangga daun (ordo Orthoptera), kepik (ordo Hemiptera), kumbang (ordo Coleoptera), kupu-kupu dan ngengat (ordo Lepidoptera), nyamuk (ordo Diptera) dan tawon serta semut (ordo Hymenoptera).

POTENSI FLORA


Taman Nasional Kutai adalah surga bagi tumbuhan. Lebih dari 900 jenis tumbuhan di TN Kutai telah teridentifikasi. Walaupun demikian, masih banyak yang belum diketahui atau dikaji kegunaan dan manfaat dari tumbuhan yang ada.

Kekayaan flora yang ada di TN Kutai merupakan “bank benih dan materi genetik” yang sangat penting untuk menunjang Ilmu pengetahuan dan teknologi terutama bidang pengobatan, pertanian dan bidang lainnya
Ulin dan Dipterokarpa
Pohon ulin merupakan tumbuhan khas TN Kutai karena statusnya yang merupakan komponen penting penyusun sebagian tipe hutan di TN Kutai. Tumbuhan ini dapat dijumpai dengan mudah di beberapa lokasi seperti di kawasan wisata Sangkima dan Prevab.
Pohon ulin juga menjadi pilihan utama bersarangnya orangutan. Berdasarkan beberapa hasil survei di TN Kutai terungkap bahwa sarang orangutan paling banyak ditemukan di pohon ulin dibandingkan jenis-jenis pohon lainnya. Selain itu, pohon ulin merupakan maskot kebanggaan dari kawasan wisata Sangkima. Hal ini dikarenakan pada daerah tujuan wisata tersebut terdapat pohon ulin raksasa yang berdiameter 2,47 meter.
Selain ulin, tumbuhan dipterokarpa (dipterocarpaceae) juga merupakan bagian penting penyusun berbagai tipe hutan di TN Kutai. Pohon dipterokarpa dapat dijumpai dengan mudah di kawasan wisata Sangkima dan Prevab. Secara umum, dipterokarpa terdiri atas 13 genus, dan 8 genus diantaranya terdapat di TN Kutai. Dari beberapa jenis dipterokarpa yang ada di TN Kutai, ada 13 jenis yang tergolong “sangat terancam punah (critically endangered species)” menurut The International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN). Shorea johorensis dan S. smithiana adalah dua diantaranya.
Kepunahan jenis-jenis dipterokarpa baik di tingkat lokal maupun regional mungkin saja terjadi jika perambahan dan penebangan liar tidak segera dihentikan
Pasak Bumi
Pasakbumi (Eurycoma longifolia) merupakan tumbuhan perdu. Tumbuhan yang dikenal juga dengan nama tongkat ali ini bisa tumbuh mencapai tinggi 20 m. Tumbuhan ini berkembang biak dengan biji. Ciri khas dari tumbuhan ini adalah jika daunnya diremas, maka tidak akan hancur dan akan kembali seperti semula. Hal ini disebabkan daun pasakbumi mengandung serat sutera. Selain itu, meskipun tumbuhan ini masih kecil, seringkali sulit untuk dicabut, karena akarnya sangat panjang. Tumbuhan ini menyebar hampir di seluruh kawasan TN Kutai.
Akar pasakbumi dikenal berkhasiat sebagai obat kuat bagi laki-laki. Namun di samping itu, ternyata pasakbumi juga memiliki khasiat lain, di antaranya sebagai obat malaria, tumor, leukemia, sakit kepala, luka dan radang. Biasanya akar pasak bumi dibuat berbentuk cangkir untuk diisi dengan air yang akan diminum sebagai obat.
Mangrove
Mangrove merupakan tumbuhan yang hidup di pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut. Tumbuhan ini memiliki kemampuan beradaptasi dengan kondisi tanah yang tergenang, kadar garam tinggi dan kondisi tanah yang kurang stabil. Untuk menopang batangnya, beberapa jenis mangrove memiliki akar lutut dan akar tunjang. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan oksigen bagi akar, ada jenis mangrove yang memiliki akar nafas. Kumpulan berbagai jenis mangrove akan membentuk formasi hutan mangrove yang berfungsi sebagai penahan abrasi dan intrusi air laut, tempat berkembang biak biota laut dan tempat hidup berbagai jenis binatang, seperti bekantan dan buaya.
Di TN Kutai, formasi hutan mangrove terdapat di sepanjang pantai Selat Makassar. Hutan mangrove yang masih utuh dapat dijumpai di pesisir Desa Teluk Pandan hingga Teluk Kaba, sedangkan di pesisir Desa Sengata Selatan kondisinya sangat rentan terhadap degradasi. Paling tidak terdapat 13 jenis mangrove di TN Kutai, yaitu bakau/polo (Rhizophora apiculata, R. stylosa dan R. mucronata), tancang (Bruguiera gymnorhiza, B. parviflora, B. sexangula dan B. caryophylloides), pudek/pedada (Sonneratia alba dan S. Caseolaris), nita (Avicennia alba dan A. marina) dan tengar (Ceriops tagal)
Anggrek
Keunikan dan keindahan bunga tumbuhan ini telah menarik perhatian banyak orang. Anggrek dikenal sebagai tanaman hias yang mudah dikembangkan. Dilihat dari tempat tumbuhnya, anggrek ada yang hidup di tanah (anggrek tanah) ada juga yang menempel pada pohon sebagai epifit. Jika dilihat dari batangnya, anggrek terbagi menjadi 2 golongan yaitu anggrek monopodial dan simpodial. Anggrek monopodial hanya mempunyai satu batang dengan bagian ujung batang tumbuh lurus tidak terbatas, sedangkan simpodial adalah anggrek yang mempunyai pertumbuhan batang yang terbatas, setelah pertumbuhan batangnya berhenti maka akan tumbuh anakan baru di sampingnya.
Sampai saat ini tercatat sebanyak 13 jenis anggrek di TN Kutai. Dendrobium anosmum dan Grammatophyllum speciosum adalah beberapa jenis anggrek yang pernah ditemui pada saat inventarisasi anggrek di tahun 2007. Anggrek-anggrek tersebut umumnya dijumpai tumbuh sebagai epifit di daerah tajuk pohon.
Kantong semar
Tumbuhan pemangsa serangga ini biasa hidup pada daerah-daerah terbuka di habitat yang miskin unsur hara dengan kelembaban udara cukup tinggi. Hutan hujan tropis dataran rendah, hutan pegunungan, hutan gambut, hutan kerangas dan gunung kapur adalah sederetan habitat asli kantung semar.
Kantung semar memiliki keunikan tersendiri untuk memenuhi asupan nitrogen bagi pertumbuhannya. Tumbuhan ini dapat menarik perhatian serangga dengan cara mengeluarkan aroma tertentu dari organ berbentuk kantong yang dimilikinya. Bila serangga sampai di sekitar bibir kantong, maka akan tergelincir ke dalam kantong karena sifat permukaan kantong yang licin. Di dalam organ kantong, terdapat suatu jenis cairan yang dapat menyebabkan serangga tidak dapat keluar dan akhirnya mati.
Di TN Kutai , kantong semar dapat ditemukan di daerah Teluk Kaba terutama jenis Nepenthes mirabilis.
Rotan
Rotan yang tergolong kelompok liana (tumbuhan pemanjat) bisa dijumpai dengan mudah di kawasan wisata Sangkima dan Prevab, khususnya di daerah sekitar sungai. Di kawasan wisata Sangkima, misalnya, rotan terlihat di kiri atau kanan jalur wisata yang dekat dengan jalan masuk jalur wisata tersebut. Walaupun demikian, potensi rotan yang ada di TN Kutai belum sepenuhnya diketahui. Data yang ada saat ini hanya berasal dari kegiatan survei tumbuhan secara umum dan kegiatan eksplorasi singkat yang dilakukan staf Balai TN Kutai. Beberapa jenis rotan yang ada di TN Kutai, misalnya Korthalsia ferox, K. paucijuga dan Daemonorops sabut.
Paku
Tumbuhan paku/pteridophyta sangat mudah dijumpai di kawasan hutan TN Kutai. Tumbuhan yang berkembang biak dengan spora ini dapat ditemui di berbagai macam habitat dan substrat (media tumbuh) mulai dari hutan bakau sampai tajuk pohon-pohon tinggi. Tumbuhan ini ada yang tumbuh di tanah (terestris), namun ada juga yang tumbuh sebagai epifit (tumbuh di bagian batang atau ranting pohon). Berdasarkan kemampuan tumbuh di lokasi dengan intensitas cahaya yang berbeda, tumbuhan paku terbagi menjadi dua kelompok yaitu tumbuhan daerah terbuka dan tumbuhan daerah ternaungi. Di kawasan hutan TN Kutai, kelompok pertama dapat dengan mudah dijumpai di sekitar jalur wisata Sangkima dan Prevab. Dicranopteris sp dan Polypodium sp adalah beberapa contoh paku yang mudah dijumpai di sepanjang jalur wisata Sangkima. Kelompok paku yang kedua umumnya dijumpai sebagai epifit di hutan yang memiliki tajuk cukup rapat. Paku sarang burung (Asplenium nidus) dan Platycerium sp merupakan contoh paku yang sering dijumpai tumbuh di percabangan pohon.
Beberapa jenis tumbuhan paku juga memiliki nilai komersil disamping peran ekologis mereka di habitat alaminya. Di Jawa Barat misalnya, banyak dijual berbagai jenis paku-pakuan seperti Platycerium sp dan Adiantum sp sebagai tanaman hias karena keindahan bentuk daunnya. Beberapa jenis paku-pakuan terutama pada bagian pucuknya juga dapat dikonsumsi oleh manusia.
Lumut
Kawasan hutan TN Kutai menyimpan potensi kekayaan jenis lumut (bryophyta) yang sampai saat ini belum dieksplorasi. Tumbuhan ini dapat ditemukan di berbagai tipe habitat mulai dari lantai hutan sampai tajuk pohon. Dikarenakan ukurannya yang sangat kecil, lumut sering dianggap bukan komponen penting dalam keanekaragaman hayati. Padahal peran lumut dalam ekosistem sangat nyata, antara lain menyediakan habitat bagi invertebrata kecil, berperan dalam siklus nutrien, menjaga kelembaban udara melalui kemampuan mereka menyimpan air dalam jumlah tertentu dan membantu akumulasi humus.
Salah satu lokasi yang mudah untuk melihat lumut di TN Kutai adalah di ulin raksasa Sangkima. Pohon yang besar ini mampu menopang berbagai jenis lumut. Diperkirakan ada sekitar 10 jenis lumut tumbuh mulai dari pangkal batang sampai dua meter di atasnya. Lumut hati Heteroscyphus argutus dan lumut daun Leucobryum sp adalah beberapa jenis lumut penghuni ulin raksasa. Mereka tumbuh dengan membentuk koloni dan menjadi ornamen unik di pohon atau batang.
Jamur
Jamur mudah dijumpai di kawasan hutan TN Kutai, khususnya pada saat musim hujan dan tempat-tempat di bawah pohon-pohon yang bertajuk rapat. Jamur tertentu tumbuh dengan berbagai macam bentuk dan warna badan buah yang menarik.
Keberadaan jamur di hutan alam sering terlupakan walaupun peran ekologis dan manfaatnya bagi manusia sangat besar. Selain berfungsi secara ekologis sebagai dekomposer (pengurai bahan organik), jamur juga memiliki nilai penting bagi kehidupan manusia. Dalam bidang kedokteran, misalnya, jamur dimanfaatkan untuk produksi bahan aktif pembuatan antibiotik seperti penicilin

Vegetasi ulin-meranti-kapur


Vegetasi ini mendominasi sebagian besar tutupan hutan di TN Kutai dimana ulin (Eusideroxylon zwageri) menjadi komponen utama penyusun tipe hutan ini. Hutan ulin-meranti-kapur umumnya tersebar di daerah dengan tanah yang memiliki drainase mulai dari yang buruk sampai yang cukup baik. Selain ulin, tegakan hutan ini juga diisi oleh jenis-jenis meranti (Shorea spp) dan kapur (Dryobalanop spp) dimana kelompok pohon tersebut mendominasi vegetasi pada beberapa lokasi yang memiliki topografi tanah yang tidak rata. Seperti hutan hujan tropis lainnya, epifit (organisme yang tumbuh di batang atau ranting pohon) juga memperkaya keanekaragaman hayati di vegetasi ini. Asplenium sp (paku), Grammatophylum sp (anggrek) dan Leucobryum sp (lumut) adalah beberapa contoh epifit yang berada di tipe hutan ini.

TIPE VEGETASI



Letak, topografi, ketinggian, formasi geologi, iklim, curah hujan dan kelembaban telah menentukan penyebaran tipe-tipe vegetasi hutan yang khas di kawasan TN Kutai dalam ekosistem hutan hujan tropis dataran rendahnya yang kompleks.
Berdasarkan hasil berbagai kajian dan survey, TN Kutai memiliki 6 tipe vegetasi hutan yaitu hutan ulin- meranti- kapur, hutan dipterokarpa campuran, hutan kerangas, hutan rawa air tawar, hutan tergenang saat banjir dan hutan mangrove.

1. Vegetasi ulin-meranti-kapur
Vegetasi ini mendominasi sebagian besar tutupan hutan di TN Kutai dimana ulin (Eusideroxylon zwageri) menjadi komponen utama penyusun tipe hutan ini. Hutan ulin-meranti-kapur umumnya tersebar di daerah dengan tanah yang memiliki drainase mulai dari yang buruk sampai yang cukup baik. Selain ulin, tegakan hutan ini juga diisi oleh jenis-jenis meranti (Shorea spp) dan kapur (Dryobalanop spp) dimana kelompok pohon tersebut mendominasi vegetasi pada beberapa lokasi yang memiliki topografi tanah yang tidak rata. Seperti hutan hujan tropis lainnya, epifit (organisme yang tumbuh di batang atau ranting pohon) juga memperkaya keanekaragaman hayati di vegetasi ini. Asplenium sp (paku), Grammatophylum sp (anggrek) dan Leucobryum sp (lumut) adalah beberapa contoh epifit yang berada di tipe hutan ini.

2. Vegetasi dipterokarpa campuran
Selain hutan ulin-meranti-kapur, vegetasi dipterokarpa campuran merupakan tipe hutan yang juga sering dijumpai kawasan hutan TN Kutai. Hutan ini sebagian besar berada di sebelah timur kawasan yang memiliki tanah dengan drainase yang baik. Karena karakter tanahnya yang demikian, hutan dipterokarpa campuran lebih tinggi keanekaragaman hayatinya. Hutan dipterokarpa campuran di TN Kutai menurut pakar ekologi hutan membentuk 2 lapisan kanopi/tajuk dimana masing-masing lapisan kanopi memiliki komposisi jenis tumbuhan yang berbeda-beda. Lapisan pertama didominasi oleh tumbuhan dipterokarpa sendiri seperti Shorea parvifolia, S. smithiana, dan Dipterocarpus cornutus. Jenis tumbuhan lain, contohnya, Kompassia excelsa, Alstonia sp dan Dillenia sp juga menjadi bagian dari lapisan kanopi ini. Di subkanopi, ulin, Ficus sp dan berbagai jenis rotan yang termasuk kelompok “tumbuhan pemanjat” menjadi komponen penyusunnya.

3. Vegetasi hutan mangrove
Kawasan TN Kutai juga memiliki ekosistem pantai dan bakau yang berada di sepanjang batas paling timur yang mengarah ke Selat Makassar. Sebagian besar garis pantai kawasan didominasi oleh hutan bakau. Namun, pada beberapa lokasi yang berpasir, tumbuhan seperti Casuarina equisetifolia dan Hibiscus tiliaceus lebih banyak dijumpai. Di hutan bakau, jenis-jenis Rhizophora spp dan Bruguiera spp lebih sering dijumpai dibanding kelompok bakau lain, seperti Avicennia spp. Kelompok bakau yang dominan ini dapat membentuk lapisan yang melebar sampai 1 - 2 km dari garis pantai. Setelah lapisan tersebut, Nypa fruticans mulai mendominasi bahkan di beberapa area terdapat tegakan murni Nypa spp.

4. Vegetasi hutan tergenang saat banjir
Tipe hutan ini umumnya berada di sekitar sungai. Berbeda dengan hutan rawa air tawar, tumbuhan seperti Octomales sumatrana, Pterospermum javanicum dan P. atserifolium umum ditemukan di tipe hutan ini. Informasi tentang hutan tergenang bila banjir sampai saat ini masih terbatas. Eksplorasi dan kajian ekologis terhadap tipe hutan ini di wilayah TN Kutai sangat dibutuhkan untuk memutakhirkan data yang ada.

5. Vegetasi hutan rawa air tawar
Penyebaran tipe hutan ini terbatas pada daerah yang rendah dan sering serta terus-menerus terendam air dan berada di dekat sungai. Tegakan pohon di daerah sekitar Sungai Santan dan Teluk Pandan adalah contoh dari tipe hutan rawa air tawar. Tegakan pohon di tipe hutan ini umumnya didominasi oleh Eugenia sp. Walaupun demikian, kelompok tumbuhan lain seperti Alstonia sp, Ficus spp, rotan dan pandan juga pernah dilaporkan menjadi bagian dari tipe hutan ini.

6. Vegetasi hutan kerangas
Tipe hutan ini berada di sekitar Teluk Kaba dan Menamang yang memiliki tekstur tanah kasar dan tanah yang bersifat asam. Di wilayah hutan ini, kantung semar (Nepenthes spp) dapat dijumpai dengan mudah. Di sekitar Teluk Kaba, misalnya, staf balai melaporkan bahwa ada satu tempat yang banyak ditumbuhi kantung semar. Hutan kerangas di TN Kutai belum banyak dikaji. Informasi yang ada saat ini hanya berdasarkan survei awal yang tidak mendalam.

Sejarah Penetapan

Taman Nasional Kutai mempunyai catatan sejarah yang panjang sebelum menjadi kawasan konservasi berstatus taman nasional. Sejarah Taman Nasional Kutai dimulai ketika seorang ahli geologi yang bekerja pada The Royal Batavian Oil Company, Ir. H. Witcamp, mengusulkan kawasan sebagai “Wildreservaat Koetai” seluas 2 juta hektar pada tahun 1932. Selang dua tahun kemudian, Pemerintah Hindia Belanda menetapkan kawasan tersebut sebagai ‘Forestry Reserve’ dengan SK (GB) No 3843/Z/1934.
Perkembangan selanjutnya, Pada tahun 1936 Sultan Koetai menyetujui kawasan tersebut sebagai Game Reserve/Suaka Margasatwa dan disahkan oleh Pemerintah Belanda dengan luas 306.000 hektar melalui SK (ZB) No 80/22-ZB/1936. Menteri Pertanian Republik Indonesia mengesahkan status tersebut pada tahun 1957 dengan menambahkan kata Kutai menjadi Suaka Margasatwa Kutai melalui SK No. 110/UN/1957.

Kawasan Suaka Margasatwa Kutai kemudian mengalami pengurangan untuk eksplorasi minyak bumi dan pembalakan kayu, hingga pada tahun 1982 kawasan Suaka Margasatwa Kutai dideklarasikan sebagai kandidat Taman Nasional pada Kongres Taman Nasional Sedunia ke-3 di Bali oleh Menteri Pertanian dengan luas 200.000 hektar.

Menteri Kehutanan kemudian mengubah status Suaka Margasatwa Kutai menjadi Taman Nasional Kutai, pada tahun 1995 melalui Surat Penunjukan Nomor: SK No. 352/Kpts-II/1995 setelah sebelumnya luas kawasan dikurangi 1, 371 hektar untuk ekspansi PT Pupuk Kaltim dan perluasan Kota Administratif Bontang pada tahun 1991 sehingga luas kawasan Taman Nasional menjadi 198.629 hektar saat ditunjuk sebagai Taman Nasional.

Peta Kawasan


TN Kutai dikelilingi oleh beberapa perusahaan Hak Pengusahaan Hutan (HPH), perusahaan tambang batubara, gas dan pabrik pupuk. Perusahaan tersebut telah memberikan dukungan bagi kegiatan konservasi di TN Kutai sejak tahun 1995. Dukungan tersebut diwujudkan dengan dibentuknya kemitraan dengan nama Mitra Kutai yang terdiri atas PT Kaltim Prima Coal, PT Pupuk Kaltim, PT Badak NGL, PT Banpu Indominco Mandiri, PT Surya Hutani Jaya dan PT Pertamina EP-KTI. Selain itu, secara administratif, wilayah TN Kutai terletak di Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Bontang.